Sabtu, 06 Februari 2010

CATATAN PERJALANAN HAJI (1)

Perjalanan ini dimulai dari rumah, dimulai seminggu sebelum berangkat haji. Tamu dari berbagai kalangan datang ke rumah, dari para pejabat yang dipimpin Pak Sekda, para tetangga, dari beberapa jamaah haji tahun-tahun terdahulu , saudara-saudara, serta orang-orang yang tidak kami kenal, semua datang membawa doa dan oleh-oleh untuk kami bawa sebagai bekal ibadah. Hal ini kami rasakan sebagai sesuatu yang luar biasa, yang tidak kami bayangkan sebelumnya. Ketika istriku belanja daging di pasar dalam jumlah banyak, menata meja kursi, menata kue-kue di meja sempat kutanya: Siapa yang mau datang? Biasanya banyak tamu kalau ada yang mau berangkat haji.

Aku tidak percaya. Anak-anakkupun tidak percaya. Tapi kini aku percaya, dari pagi sampai sore tamu-tamu berdatangan. Sebenarnya aku ingin menulis mereka yang datang ke rumah, tapi aku tidak ingin ada yang terlewatkan.
Matahari terbit dari timur, semakin lama semakin tinggi, angin kering terasa di tubuh. Blora belum hujan. Istriku sibuk memasukkan pakaian dan bekal di kopor. Aku lihat ia membawa jerigen yang diisi beras, abon, kering tempe, srundeng, gula, mie instan, alat-alat dapur. Seperti mau kemping, Kata anakku. Kita memang mau kemping, kataku. Kami membayangkan bahwa kami akan kemping di Arafah dan Mina. Kami membayangkan ketika masih aktif di pramuka.

Hari Ahad tanggal 25 November 2009 kopor ini kami kirim ke Depag.

Kami merasa bangga dengan datangnya banyak tamu, maka kamipun menjamunya. Kemarin soto, hari ini asem-asem, besuk rawon. Malam Minggu tanggal 31 Oktober 2009 Bapak, Mbak Runi(kakakku), Legowo (adikku) Prabata (adikku) an istrinya (Dewi) datang. Ini merupakan hal yang luar biasa. Jarang sekali mereka datang ke Blora, mungkin letak kota ini yang tidak ada lapangan terbang sementara jalan darat tidak sebagus Jogja-Jakarta. Karena mereka jarang ke Blora, paginya mereka saya giring ke Soto Galo, soto Blora yang terkenal klethuk nya.
Hari Senin hari yang mendebarkan, karena esok dini hari kami harus berangkat ke embarkasi Donohudan Solo. Panitya Pemberangkatan haji di RW kami RW V Perumnas Karangjati Blora Pak H. Burhanudin memberitahu kami bahwa Jam 01.00 WIB harus sudah kumpul di Masjid Nurul Falah, masjid di Kompleks Perumnas tercinta. Perlu diketahui bahwa di tempat kami ada 18 orang yang naik haji, termasuk Pak Dwiyanto yang menjadi Ketua Kloter dari Depag. Ogah juga batin ku. Kita kan kumpul di Pendopo rumah Bupati jam 03.00 WIB. Tapi buat apa membantah, kan haji tidak boleh berbantah-bantahan.

Rencananya jam 01.00 Pak Masturi akan membangunkanku dan mengajakku ke masjid untuk upacara pemberangkatan. Tapi malam ini aku benar-benar tidak bisa tidur. Satu-satu tamu berdatangan untuk mengucapkan selamat jalan. Teman-teman kantorpun tidak pulang menunggu pemberangkatan.

Kira-kira jam sebelas mataku sudah mulai ngantuk, hingga akhirnya akupun terlelap. Jam 00.30 suara di masjid mulai memanggil-manggil, menyuruh kami bangun dan bersiap-siap untuk berangkat. Tapi rasa capek ini tidak hilang-hilang. Aku ogah bangun. Persis Pak Ogah di cerita Si Unyil. Hingga persis jam 01.00 WIB pak Masturi datang, aku terpaksa bangun, dan ternata istriku sudah mandi. Buru-buru aku ke kamar mandi. Habis itu aku berpakaian seragam yang diberikan Depag, warnanya hijau telur bebek. Setelah mengecek tas tenteng dan jaket (supaya tidak kedinginan di pesawat), aku ajak istriku untuk sholat sunat safar. Setelah itu kami membaca doa safar.

Bu Rukayah, teman isteriku mengajar di SMA mengingatkan anak-anak untuk sungkem. Satu-satu anakku sungkem. Pertama yang besar Dodik (nama panggilan dari Haryo Wahyu Wibowo), ketika mengucapkan selamat jalan dan mohon maaf kepadaku tampak ia biasa-biasa saja, tapi saat sungkem pada ibunya kelihatan air matanya menetes. Istrikupun tak bisa membendung air matanya yang menetes. Lain halnya dengan kakaknya, anak perempuanku Begum Fatima Ratu Aditya (kupanggil Tya) tampak biasa-bisasa saja. Tak ada air mata sedikitpun.

Setelah acara sungkem-sungkeman selesai kami keluar kamar, kami membaca doa lagi, membaca ayat Al Qur an yang dipesankan ketua rombongan kami KH. Ali Mudhor. Disaksikan para tamu, tetangga, yang sejak tadi menunggu keberangkatan kami, kamipun melangkahkan kaki kami keluar rumah menuju masjid. Sekali lagi air mata istriku menetes. Kami melangkah dengan tegap diiringi Pak Masturi yang memang oleh panitia ditugaskan untuk menjemputku. Para tamu dan tetanggapun tampak mengiriingi kami menuj masjid. Suasana benar-benar khidmat Beberapa orang tampak meneteskan air mata, seolah-olah kami akan pergi jauh da tak akan kembali.

Sampai di masjid tampak semua calon haji sudah siap. Para tamupun sudah memenuhi masjid. Acarapun dimulai, pertama pidato ketua panitia pemberangkatan haji tingkat RW, setelah itu ketua takmir, kemuian doa. Terakhir adalah acara pamitan. Kami bersalam-salaman, berpeluk-pelukan. Kembali air mata bercucuran. Satu-satu kami masuk mobil. Saya dan istri naik mobil Dinas disopiri Pak Akhadurokim kasi Keanekaragaman dan Ketahanan pangan di kantor saya. Satu mobil dengan kami, anak perempuanku, kakak iparku (Mbak Nunuk), kemenakan istriu (Ana), sedang Dodik naik mobilnya sendiri.

Mobil berjalan pelan meninggalkan masjid. Astagfirullah, ternyata di sepanjang jalan keluar kompleks perumnas para tetangga sudah siap menunggu kami dan merekapun melambai-lambaikan tangan. Kami benar-benar terharu. Kami benar-benar merasakan begitu mulianya orang yang berangkat haji. Teringatlah saya sabda Rasulullah:

Haji mabrur itu tiada lain ganjarannya kecuali surga (Hadis riwayat Al Bokhori dan Muslim).

Jemaah haji dan umroh itu tamu Allah, apabila ia minta dari pada Nya. Dia akan mengabulkannya. Dan jika mereka minta ampunanNya. Dia akan mengampuni mereka. (Hadis Riwayat an Nasai dan Ibnu Majah).

Bergetar juga hatiku kala itu. Ya, Allah teguhkanlah hatiku, hingga dapat kulaksanakan haji dengan khusuk. Berikanlah kemudahan padaku hingga terhindar dari kefasikan, berbantah-bantahan, serta rofas. Jauhkanlah pula pada diriku penyakit yang akan mengganggu ibadahku.

Kubuka tasku, alhamdulillah, antasid dan anti diare tidak ketinggalan. Saya dan istriku tahu bahwa elemahanku adalah masalah perut. Kembung. Diare. Yah, yang kutakutkan adalah diare. Aku takut tidak bisa menahan ini tatkala saya harus antri di perjalanan maktab, Arafh, dan Mina. Ya Allah, jauhkan aku dari diare BERSAMBUNG