Rabu, 07 Desember 2011

ZIARAH DI MAKAM BUPATI BLORA JADUL

Hari jadi Kota Blora diperingati tiap tanggal 11 Desember .Ini berdasarkan  saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta.
 Bupati Joko Nugroho sedang menaburkan Bunga di makam Bupati ke 2 Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto.

Dalam Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama   Mangku Bumi diangkat  Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749.pada saat itu juga ia mengangkat Wilatikta menjadi Bupati Blora.
                                                                                    

Blora dibawah Kasultanan. Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755,   Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya. Tanggal 11 Desember ini kemudian dijadikan Hari lahirnya Kota Blora.
Setiap tahun lahirnya kota Blora ini diperingati dengan berbagai acara.

 Upacara ditandai dengan tahlil dan ziarah ke makam bupati Blora terdahulu di desa Ngadipurwo, Sunan Pojok, dan juga di makam Bupati Ir. H. Basuki Widodo. Selanjutnya juga dilakukan  prosesi pusaka peninggalan bupati Blora terdahulu yang diiringi dengan peserta kirab yang berpakaian tradisional setempat untuk berkeliling di kota Blora. 
 
Menunggu kedatangan Bupati . Saya, Kabag Humas Pak Kunto dan Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika Bondan Sukarno.


Makam Bupati ke 4

Membaca tahlil

Para pejabat di Kompleks Makam.
Membawa bunga.
Kepala BAPPEDA Pak Sam Gautama, aku dan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Pak Sutikno Slamet.


Nupati dan Muspida Ziarah di makam Sunan Pojok atau Pangeran Surobahu.

Selasa, 29 November 2011

WARUNG MAKAN MBAK TUM

   Pekerjaan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah selesai jam setengah lima, setelah itu saya serombongan (Mbak Dwi, Pak Koco, Pak Sugiman, meluncur ke Semarang tepatnya di Rumah Sakit Kariadi untuk besuk Bu In guru SMA I Blora yang habis operasi batu ginjal.Setelah itu kami pulang tapi sebelum keluar dari Semarang tepatnya di depan mall Ada Pedurungan dekat Rumah Sakit Jiwa kami mampir di Warung Makan Mbak Tum. Menunya komplit, ada koyor ada gudeg ada pete..................... wah sedap.
                                                  menu yang kupesan koyor dan pete

                                                           Penjualnya Lia dan Riski

                                           Mbak Dwi, Pak Sagiman dan Pak Koco kemecer

                                                        Yang banyak lo kelaparan nih

Minggu, 27 November 2011

MATAHARI TAK ELOK LAGI

Matahari itu menyinari kepalaku. Hanya sedikit, karena dua pertiganya tertutup mendung. Walaupun begitu aku tahu wajahku memerah, bukan karena marah. Aku merasakan kelelalan yang luar biasa. Setelah perjalanan jauh, Blora -Randublatung- Jogja, dan kembali lagi ke Blora dengan rute yang sama. Di hari lain atau oleh orang lain mungkin ini tidak jauh. Tapi saat ini aku cukup lelah. Aku tak tahu apa yang membuatku lelah? Atau usiaku yang semangkin menua. Atau jiwaku yang lelah. Terlalu banyak angan-angan, cita-cita, yang hanya di awang-awang. Apa yang kubayangken tentang negeri multipartai ini semangkin membuatku kecewa. Indonesia........... oh Indonesia.Mungkin kemenangan dalam SEA Games saja yang bisa kubanggakan. Dari presiden sampai kelompok tani banyak membuatku kecewa. Belum lagi kekecewaan terhadap diriku sendiri. Aku merasa tidak punya ketegasan. Aku merasa lemah, bodoh.

Matahari tak menyinariku lagi aku merasa harus tidur untuk sementara, sampai semangatku pulih. Atau aku harus mati dulu dan nanti lahir kembali dengan semangat baru. Mengubah wajah negeri, mengubah rona dunia.
Ah. Matahari tak elok lagi.


Selasa, 04 Januari 2011

AKUVET: BITTEN GOBBON

AKUVET: BITTEN GOBBON

BITTEN GOBBON

Perhaps this is a less pleasant experience for me, when I had to bite my cheek by a gibbon (Symphalangus syndoctilus) a long-sleeved black ape habitat is Sumatra and peninsular Malaysia.

This story, dated December 30, 2010 AM, owned by Dr. Irawan gibbon who lives in Jalan Pemuda Blora loose. This is alarming citizens and disrupt traffic flow at Jalan Pemuda. Owner gibbon and several volunteers trying to capture but could not, until 8 pm Dr. Irawan called me. I came and tried to inject anesthetic in a tree. Feeling the first anesthetic t does not make all then I repeat to the second anesthesia. Feeling shocked and hurt gibbon turned and attacked and bit my face. I also gained falls from a tree with a wound in the cheek. Finally I went to hospital for treatment. Because already sleepy gibbon can be domesticated.

DIGIGIT SIAMANG

Barangkali ini merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan bagiku, ketika aku harus digigit pipiku oleh seekor siamang (Symphalangus syndoctilus) seekor kera hitam berlengan panjang yang habitat aslinya adalah Sumatra dan Semenanjung Malaysia.

Ceritanya begini, tanggal 30 Desember 2010 pagi, siamang milik dr Irawan yang tinggal di Jl. Pemuda Blora lepas. Hal ini menggegerkan warga dan mengganggu lalulintas di Jalan Pemuda. Pemilik siamang dan beberapa orang relawan berusaha menangkap tetapi tidak bisa, hingga jam 8 malam dr Irawan menelpon saya. Sayapun datang dan mencoba membiusnya di atas pohon. Karena merasa biusan pertama obat tidak masuk semua maka saya ulangi mimbius yang ke dua. Karena merasa kaget dan sakit siamang berbalik dan menyerang dan menggigit muka saya. Sayapun jatuh dari pohon dengan luka di pipi. Akhirnya saya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Karena sudah mengantuk siamang dapat dijinakkan.