Hari jadi Kota Blora diperingati tiap tanggal 11 Desember .Ini berdasarkan saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi
berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta.
Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta.
Bupati Joko Nugroho sedang menaburkan Bunga di makam Bupati ke 2 Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto.
Dalam Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama
Mangku Bumi diangkat Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11
Desember 1749.pada saat itu juga ia mengangkat Wilatikta menjadi Bupati Blora.
Blora dibawah Kasultanan. Perang Mangku Bumi diakhiri dengan
perjanjian Giyanti, tahun 1755, Mataram terbagi menjadi dua
kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan
Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari
itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah
Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta
tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih
mundur dari jabatannya. Tanggal 11 Desember ini kemudian dijadikan Hari lahirnya Kota Blora.
Setiap tahun lahirnya kota Blora ini diperingati dengan berbagai acara.
Upacara ditandai dengan tahlil
dan ziarah ke makam bupati Blora terdahulu di desa Ngadipurwo, Sunan
Pojok, dan juga di makam Bupati Ir. H. Basuki Widodo. Selanjutnya juga
dilakukan prosesi pusaka peninggalan bupati Blora
terdahulu yang diiringi dengan peserta kirab yang berpakaian tradisional
setempat untuk berkeliling di kota Blora.
Menunggu kedatangan Bupati . Saya, Kabag Humas Pak Kunto dan Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika Bondan Sukarno.
Makam Bupati ke 4
Membaca tahlil
Para pejabat di Kompleks Makam.
Membawa bunga.
Kepala BAPPEDA Pak Sam Gautama, aku dan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Pak Sutikno Slamet.
Nupati dan Muspida Ziarah di makam Sunan Pojok atau Pangeran Surobahu.